SSIS-641 Senior Cantikku Yang Tobrut

0 views
|

Di sebuah perusahaan multinasional yang sibuk, Bima bekerja sebagai junior di divisi pemasaran. Sejak hari pertama, ia tak bisa mengalihkan pandangan dari seniornya, Laras. Laras adalah wanita cerdas dengan karisma yang memukau. Senyum hangatnya selalu menjadi penyemangat setiap orang di kantor, terutama bagi Bima.

Setiap hari, Bima berusaha mencari alasan untuk berada di dekat Laras. Mulai dari membantu menyiapkan presentasi hingga menawarkan diri untuk membuatkan kopi. Laras selalu menghargai usaha Bima, meskipun ia menganggapnya sebagai bentuk profesionalisme semata.

Namun, bagi Bima, perasaannya pada Laras bukan sekadar rasa hormat kepada senior. Ia benar-benar jatuh cinta. Setiap kali Laras berbicara, Bima merasa dunia seakan berhenti. Ia mulai mempelajari apa yang Laras sukai, dari makanan favoritnya hingga genre musik yang sering ia dengarkan saat bekerja.

Suatu hari, kesempatan emas datang. Divisi mereka ditugaskan untuk menangani proyek besar, dan Bima ditunjuk sebagai asisten utama Laras. Meski gugup, ia melihat ini sebagai peluang untuk lebih dekat dengan wanita yang ia kagumi.

Selama berminggu-minggu, mereka bekerja bersama hingga larut malam. Dalam proses itu, Bima semakin mengenal sisi lain dari Laras. Di balik sikap profesionalnya, Laras ternyata adalah sosok yang penuh semangat dan memiliki mimpi besar. Ia berbagi cerita tentang perjuangannya meniti karier, dan Bima mendengarkan dengan penuh kagum.

Suatu malam, setelah menyelesaikan laporan penting, Bima memberanikan diri untuk mengungkapkan perasaannya. Di ruang kantor yang sepi, ia berkata, “Kak Laras, aku tahu ini mungkin terdengar berlebihan, tapi aku sudah lama mengagumi Kakak. Bukan hanya sebagai senior, tapi sebagai sosok yang luar biasa. Aku ingin mengenal Kakak lebih dari sekadar rekan kerja.”

Laras terdiam sejenak. Ia memandang Bima dengan tatapan yang sulit ditebak. “Bima, aku menghargai keberanianmu. Tapi hubungan di kantor itu rumit. Aku juga harus mempertimbangkan posisi kita. Apakah kamu benar-benar siap menghadapi konsekuensinya?”

Bima mengangguk tegas. “Aku siap, Kak. Aku hanya ingin kesempatan untuk menunjukkan bahwa perasaanku tulus.”

Akhirnya, Laras tersenyum. “Baiklah, kita bisa mulai dengan mengenal satu sama lain di luar pekerjaan. Tapi kita harus tetap menjaga profesionalitas di kantor.”

Bima merasa dunia seakan bersinar lebih terang. Ia tahu perjalanannya dengan Laras baru saja dimulai, dan ia siap menghadapi apapun untuk memperjuangkan cintanya.